Sahabat-sahabat, ketika Allah menjadi alasan paling utama,
maka aku berani memutuskan untuk menikah dan menyegerakannya.
Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berani
memutuskan dengan siapa aku akan menikah. Aku tidak banyak bertanya tentang
calon istriku, aku jemput dia di tempat yang Allah suka, dan satu hal yang
pasti, aku tidak ikut mencampuri ataupun mengatur apa-apa yang menjadi urusan
Allah. Sehingga aku nikahi seorang wanita tegar dan begitu berbakti kepada
suami.
Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat segala kekurangan istriku. Dan sekuat tenaga pula, aku mencoba membahagiakan dia.
Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat segala kekurangan istriku. Dan sekuat tenaga pula, aku mencoba membahagiakan dia.
Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka menetes air
mataku saat melihat segala kebaikan dan kelebihan istriku, yang rasanya sulit
aku tandingi.
Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka akupun berdoa,
Yaa Allah, jadikan dia, seorang wanita, istri dan ibu anak-anakku, yang dapat
menjadi jalan menuju surgamu. Amin.
Sahabat-sahabat, kalau Allah menjadi alasan paling utama
untuk menikah, maka seharusnya tidak ada lagi istilah, mencari yang cocok, yang
ideal, yang menggetarkan hati, yang menentramkan jiwa, yang…..yang.…yang……dan
1000 yang……lainnya…..Karena semua itu baru akan muncul justru setelah melewati
jenjang pernikahan. Niatkan semua
karena Allah dan harus yakin kepada Sang Maha Penentu segalanya.
Sahabat-sahabat,
ketika usiaku 25 tahun, aku sudah memiliki niat untuk menikah, meskipun hanya
sekedar niat, tanpa keilmuan yang cukup. Karena itu, aku meminta jodoh kepada Allah dengan banyak kriteria. Dan
Allah-pun belum mengabulkan niatku.
Ketika usiaku 30
tahun, semua orang-orang yang ada di sekelilingku, terutama orang tuaku, mulai
bertanya pada diriku dan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri. Maukah aku
segera menikah atau mampukah aku menikah? Dalam doaku, aku kurangi permintaanku
tentang jodoh kepada Allah. Rupanya masih terlalu banyak. Dan Allah-pun belum
mengabulkan niatku.
Ketika usiaku 35
tahun, aku bertekad, bagaimanapun caranya, aku harus menikah. Saat itulah, aku
menyadari, terlalu banyak yang aku minta kepada Allah soal jodoh yang aku
inginkan. Mulailah aku mengurangi kriteria yang selama ini menghambat niatku
untuk segera menikah, dengan bercermin pada diriku sendiri.
Ketika aku minta yang cantik, aku berpikir sudah tampankah aku?
Ketika aku minta yang cukup harta, aku berpikir sudah cukupkah hartaku?
Ketika aku minta yang baik, aku berpikir sudah cukup baikkah diriku?
Bahkan ketika aku minta yang solehah, bergetar seluruh tubuhku sambil berpikir keras di hadapan cermin, sudah solehkah aku?
Ketika aku minta yang cukup harta, aku berpikir sudah cukupkah hartaku?
Ketika aku minta yang baik, aku berpikir sudah cukup baikkah diriku?
Bahkan ketika aku minta yang solehah, bergetar seluruh tubuhku sambil berpikir keras di hadapan cermin, sudah solehkah aku?
Ketika aku meminta
sedikit….. Ya Allah, berikan aku jodoh yang sehat jasmani dan rohani dan mau
menerima aku apa adanya, masih belum ada tanda-tanda Allah akan mengabulkan
niatku.
Dan ketika aku
meminta sedikit…sedikit. ..sedikit. ..lebih sedikit….. Ya Allah, siapapun
wanita yang langsung menerima ajakanku untuk menikah tanpa banyak bertanya,
berarti dia jodohku. Dan Allahpun mulai menujukkan tanda-tanda akan mengabulkan
niatku untuk segera menikah. Semua urusan begitu cepat dan mudah aku
laksanakan. Alhamdulillah, ketika aku meminta sedikit, Allah memberi jauh lebih
banyak. Kini, aku menjadi suami dari seorang istri yang melahirkan dua orang
anakku.
Sahabatku, 10
tahun harus aku lewati dengan sia-sia hanya karena permintaanku yang terlalu
banyak. Aku yakin, sahabat-sahabat jauh lebih mampu dan lebih baik daripada
yang sudah aku jalani. Aku yakin, sahabat-sahabat tidak perlu waktu 10 tahun
untuk mengurangi kriteria soal jodoh. Harus lebih cepat!!! Terus berjuang
saudaraku, semoga Allah merahmati dan meridhoi kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar