Menikah merupakan babak baru dari fase kehidupan yang pasti
akan dilewati oleh setiap manusia yang normal. Dan setiap diri seseorang pasti
menginginkan pernikahan hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Untuk itu, setidaknya
sebelum memasuki babak itu ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Menikah
membutuhkan banyak persiapan. Menikah tanpa persiapan mental akan membahayakan
kehidupan rumah tangga Anda. Pasangan yang menikah tanpa persiapan matang akan
berpotensi mengalami konflik yang terus-menerus, dan bisa berakhir dengan
perceraian. Bisa jadi Ini disebabkan oleh ketidaksamaan visi dan misi dalam
berumah tangga. Adapun bekal mental yang harus dimiliki oleh calon pasangan
sebelum duduk di pelaminan antara lain:
1. Pegendalian emosi
Terkadang calon suami dan calon isteri mempunyai
kebiasaan yang mungkin bertolak belakang. Pacaran dalam waktu yang lama bukan
jadi jaminan Anda memahami keinginan dan kebutuhannya. Bahkan, ada hal-hal yang
sifatnya prinsip yang tak bisa ditoleransi, namun karena tidak pernah dibahas
semasa pacaran akhirnya saat menikah perbedaan prinsip itu tetap terjadi. Jika
tak diatasi dan dicari jalan keluarnya, bisa-bisa antar akan meributkan hal
yang sama terus-menerus sepanjang kehidupan perkawinan.
Sebelum memutuskan menikah, sebaiknya
kenali juga tingkat emosi diri dan pasangan. Pengenalan tingkat emosi ini setidaknya
akan membantu mengelola emosi agar tidak terpancing untuk balas-membalas.
Karena pertengkaran yang besar pasti dimulai oleh hal – hal kecil yang tidak
bisa di selesaikan, itu terjadi secara terus menerus yang sampai melupakan cita
– cita semula mtmbangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
2. Senantiasa Menjaga Komunikasi
Dalam interaksi apapun, komunikasi
adalah factor utama dari kesuksesan sesorang untuk bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang baru baginya. Begitu juga disaat memasuki dunia baru yang
namanya pernikahan. Komunikasi tidak harus dilakukan secara resmi, melainkan
juga melalui sentuhan, senyuman, lelucon, komentar, keinginan saling
mendengarkan dan mendukung satu sama lain. Yang lebih penting, komunikasi
bukanlah sekadar menanyakan apa hobinya atau apa makanan kesukaannya, tetapi
juga mengenali kebutuhan emosionalnya. Usahakan untuk berkomunikasi sebaik-baiknya
dengan menggunakan hati. Tunjukkan kasih sayang yang tulus dan jangan banyak
mengeluh pada pasangan, yang terpenting lagi adalah tunjukkan kepada pasangan
bahwa dia memang pilihan terbaik buat kita.
3. Penyelesaian konflik
Sebagai manusia dewasa yang sudah mau
memasuki gerbang baru kehidupan yang disebut rumah tangga, paling tidak dia
terlebih dahulu harus menyadari bahwa memasuki dunia baru pasti akan menghadapi
hal – hal yang baru pula, karena ia melewatinya bersama dengan pasangan
hidupnya bisa jadi mereka mempunyai perspektif yang berbeda dalam menyikapi
masalah yang sedang di hadapinya. Semua orang punya perbedaan. Yang harus
dimiliki pasangan sebelum menikah adalah kemampuan untuk mengatasi konflik.
Semua hal awalnya diselesaikan dan dipikirkan sesuai dengan cara "Anda dan
dia", namun saat menikah semuanya harus berakhir dengan cara
"kami". Artinya, jika semula keputusan didasarkan keinginan
masing-masing individu, ketika sudah menikah keputusan harus dilakukan
berdasarkan keinginan bersama. Kemampuan untuk mengatasi konflik yang memuaskan
kedua belah pihak diperlukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Seringkali pasangan masih memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mengalah
karena menganggap bahwa caranya mengatasi masalah adalah yang paling baik.
4. Berfikir ke depan dan pembelajaran diri
Ketika hubungan masih dalam tahap
berpacaran, jika salah satu dari pasangannya mengingkari janji atau terlambat
sedikit dalam berjanji untuk ketemuan, maka pasangannya akan mulai mencurigai
dan saling su’udhon. Pikiran seperti inilah yang harus dijauhkan setelah
mencapai hubungan pernikahan ( jangan negative thingking ) terhadap pasangan. Terlalu
banyak berpikiran negatif akan membuat Anda curiga dan tak percaya pada
pasangan. Padahal, semua kecurigaan tersebut belum tentu ada dasarnya. Rasa tak
percaya ini bisa menjadi cikal-akal kehancuran rumah tangga. Selain berpikir
positif saat sudah menikah cobalah untuk mengapresiasi pasangan dan merespons
keberhasilan dan kegagalan pasangan dengan memandang bahwa hal tersebut adalah
suatu proses pembelajaran diri. Wassalam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar