Sabtu, 02 November 2013

PERSIAPAN MENTAL SEBELUM MENIKAH


Menikah merupakan babak baru dari fase kehidupan yang pasti akan dilewati oleh setiap manusia yang normal. Dan setiap diri seseorang pasti menginginkan pernikahan hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Untuk itu, setidaknya sebelum memasuki babak itu ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Menikah membutuhkan banyak persiapan. Menikah tanpa persiapan mental akan membahayakan kehidupan rumah tangga Anda. Pasangan yang menikah tanpa persiapan matang akan berpotensi mengalami konflik yang terus-menerus, dan bisa berakhir dengan perceraian. Bisa jadi Ini disebabkan oleh ketidaksamaan visi dan misi dalam berumah tangga. Adapun bekal mental yang harus dimiliki oleh calon pasangan sebelum duduk di pelaminan antara lain:

1. Pegendalian emosi
Terkadang  calon suami dan calon isteri mempunyai kebiasaan yang mungkin bertolak belakang. Pacaran dalam waktu yang lama bukan jadi jaminan Anda memahami keinginan dan kebutuhannya. Bahkan, ada hal-hal yang sifatnya prinsip yang tak bisa ditoleransi, namun karena tidak pernah dibahas semasa pacaran akhirnya saat menikah perbedaan prinsip itu tetap terjadi. Jika tak diatasi dan dicari jalan keluarnya, bisa-bisa antar akan meributkan hal yang sama terus-menerus sepanjang kehidupan perkawinan.
Sebelum memutuskan menikah, sebaiknya kenali juga tingkat emosi diri dan pasangan. Pengenalan tingkat emosi ini setidaknya akan membantu mengelola emosi agar tidak terpancing untuk balas-membalas. Karena pertengkaran yang besar pasti dimulai oleh hal – hal kecil yang tidak bisa di selesaikan, itu terjadi secara terus menerus yang sampai melupakan cita – cita semula mtmbangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
2. Senantiasa Menjaga Komunikasi
Dalam interaksi apapun, komunikasi adalah factor utama dari kesuksesan sesorang untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru baginya. Begitu juga disaat memasuki dunia baru yang namanya pernikahan. Komunikasi tidak harus dilakukan secara resmi, melainkan juga melalui sentuhan, senyuman, lelucon, komentar, keinginan saling mendengarkan dan mendukung satu sama lain. Yang lebih penting, komunikasi bukanlah sekadar menanyakan apa hobinya atau apa makanan kesukaannya, tetapi juga mengenali kebutuhan emosionalnya. Usahakan untuk berkomunikasi sebaik-baiknya dengan menggunakan hati. Tunjukkan kasih sayang yang tulus dan jangan banyak mengeluh pada pasangan, yang terpenting lagi adalah tunjukkan kepada pasangan bahwa dia memang pilihan terbaik buat kita.
3. Penyelesaian  konflik
Sebagai manusia dewasa yang sudah mau memasuki gerbang baru kehidupan yang disebut rumah tangga, paling tidak dia terlebih dahulu harus menyadari bahwa memasuki dunia baru pasti akan menghadapi hal – hal yang baru pula, karena ia melewatinya bersama dengan pasangan hidupnya bisa jadi mereka mempunyai perspektif yang berbeda dalam menyikapi masalah yang sedang di hadapinya. Semua orang punya perbedaan. Yang harus dimiliki pasangan sebelum menikah adalah kemampuan untuk mengatasi konflik. Semua hal awalnya diselesaikan dan dipikirkan sesuai dengan cara "Anda dan dia", namun saat menikah semuanya harus berakhir dengan cara "kami". Artinya, jika semula keputusan didasarkan keinginan masing-masing individu, ketika sudah menikah keputusan harus dilakukan berdasarkan keinginan bersama. Kemampuan untuk mengatasi konflik yang memuaskan kedua belah pihak diperlukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Seringkali pasangan masih memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mengalah karena menganggap bahwa caranya mengatasi masalah adalah yang paling baik.
4. Berfikir ke depan dan pembelajaran diri
Ketika hubungan masih dalam tahap berpacaran, jika salah satu dari pasangannya mengingkari janji atau terlambat sedikit dalam berjanji untuk ketemuan, maka pasangannya akan mulai mencurigai dan saling su’udhon. Pikiran seperti inilah yang harus dijauhkan setelah mencapai hubungan pernikahan ( jangan negative thingking ) terhadap pasangan. Terlalu banyak berpikiran negatif akan membuat Anda curiga dan tak percaya pada pasangan. Padahal, semua kecurigaan tersebut belum tentu ada dasarnya. Rasa tak percaya ini bisa menjadi cikal-akal kehancuran rumah tangga. Selain berpikir positif saat sudah menikah cobalah untuk mengapresiasi pasangan dan merespons keberhasilan dan kegagalan pasangan dengan memandang bahwa hal tersebut adalah suatu proses pembelajaran diri. Wassalam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar