ImageSaudaraku, berbicara masalah nikah, seringkali harus bersentuhan dengan
“penyesalan” . Ada
orang yang menyesal mengapa tidak menikah sejak dulu, setelah ia merasakan
manfaatnya. Namun ada juga yang menyesal mengapa menikah, setelah merasakan
pahit getirnya hidup berumahtangga. Sebagai orang beriman, kita harus yakin
bahwa menikah adalah ibadah. Ada
banyak kebaikan di dalamnya. Kalau pun ada masalah, maka yakinlah bahwa itulah
ladang amal dan sarana pendewasaan yang dianugerahkan Allah.
Pertanyaannya, bagaimana agar
pernikahan mendatangkan ridha Allah. Semakin lama usia pernikahan akan semakin terasa sakinah mawaddah wa
rahmah? Ada tiga rumus dalam QS Al-Ashr. Setiap bertambah hari, bertambah umur,
kita itu merugi kecuali tiga golongan kelompok yang beruntung.
Pertama adalah rumahtangga yang
selalu berpikir keras bagaimana keyakinan kepada Allah terus meningkat. Semua
kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada
Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada Allah. Tidak ada sabar
kecuali kenal kepada Allah. Tidak ada orang zuhud kecuali orang yang tahu
kekayaan Allah. Tidak ada orang tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan
Allah. Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap hari
dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah. Kalau
Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan beres.
Karena itu, apa pun yang ada
dirumah harus menjadi jalan mendekat kepada Allah. Beli barang apa pun harus
barang yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah yang disukai Allah.
Boleh punya barang yang bagus tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara
mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabk an
disisi Allah atau tidak. Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa
tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu. Rumah kita harus Allah
oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang melihat rumah mewah dan
islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai rumah.
Apa yang kita pikirkan Allah
sudah mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah
bagaimana dekat dengan Allah, selanjutnya Allah yang akan mengurus. Kalau
hubungan kita dengan Allah bagus semua akan beres. Barangsiapa yang dekat
dengan Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak
diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang punya segalanya, akan
dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah
tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.
Kedua adalah rumahtangga yang
paling produktif dalam kebaikan. Uang paling berkah adalah uang yang paling
tinggi produktifitasnya. Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah
banyak asal diniatkan agar berkah demi Allah itu akan beruntung. Karena itu,
teruslah mencari uang. Bukan untuk memperkaya diri untuk mendistribusikannya
untuk umat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah.
Jadi pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? Tapi apa yang bisa kita
perbuat? Orang beruntung setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan.
Selagi hidup lakukan yang terbaik, sesudah mati kita tidak akan bisa. Kalau
sudah berbuat nanti Allah yang akan memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang
beruntung adalah orang yang paling produktif kebaikannya.
Ketiga adalah rumahtangga yang
dihiasi saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Kata-kata terbaik yang kita katakan adalah
meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat anak atau istri, niscaya tidak
akan kehilangan wibawa. Dan kita tidak bisa menjadi penasihat yang baik sebelum
ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi nasihat
jika kita tidak bisa menerima nasihat. Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan
bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya untuk menipu
diri. Wallaahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar