Sabtu, 09 November 2013

KUNCI UTAMA MENUJU KELUARGA SAKINAH




Keluaraga yang sakinah / bahagia / harmonis adalah perpaduan dari berbagai karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah wujud baru. Perpaduan inilah yang membuat warna apapun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi. Begitu pula sebuah keluarga / rumah tangga merupakan perpaduan dari karakter-karakter penghuni yang ada di dalamnya. Ada karakter seorang suami, isteri, anak, orang tua / mertua, bahkan saudara-saudara yang lain. Dan tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa menjamin, bahwa semua karakter iti serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.
Ada emapt hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga. Keempatnya adalah :

1.            Jangan melihat ke belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya ? Kenapa nggak saya tolak ?” Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret keharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini hadapi. Ini masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain dari luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.

2.            Berpikir objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.
Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si istri bawel, matrealistis, dan kurang pengertian.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, istri pun mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.



3.            Lihat kelibihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita memiliki banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, disinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami istri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya disisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.

4.            Sertakan sakralitas berumah tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga alah karena adanya ketaatan pada syari’at Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru disitulah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembaliikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah SWT. Tataplah hikmah dibalik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan do’a. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar