“ Membentuk pribadi anak yang “ Birrul Walidaini ‘ Merupakan
proses jangka panjang dan membutuhkan kesabaran dan ketekunan bagi setiap orang
tua”
Setiap orang pasti bangga bila mempunyai anak yang mempunyai kepribadian
yang sholeh / sholehah juga mempunyai sifat yang birrul wlidaini ( berbuat baik
/ menghormati kedua orang tua). Anak yang berkepribadian birrul walidaini
seolah – olah akan menjadi pelepas dahaga bagi orang tuanya, baik sewaktu orang
tuanya masih hidup ataupun dikala sudah meninggal. Semasa kedua orang tuanya
masih hidup, anak tersebut akan melakukan apa saja yang ia bisa untuk
menyenangkan kedua orang tuanya, begitu pula setelah orang tuanya meninggal
anak yang sholeh atau sholehah akan senantiasa mendo’akan kedua orang tuanya.
Anak yang berkepribadian birrul walidaini inilah yang disebut oleh Rasulullah
SAW dalam haditsnya:
اذا مات
ابن ادام إنقطع عمله الا من ثلاث, صداقة جاررة, اوعلم ينتفع به او ولد صالح يدع له.
Jika Bani Adam sudah meninggal
dunia, maka putuslah segala amal perbuatannya, kecuali tiga perkara: yaiitu
shadakah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh atau sholehah yang
senantiasa mendoakannya.
Ada dua sisi yang perlu
diperhatikan dalam membentuk pribadi anak menjadi pribadi yang birrul
walidaini. Kedua sisi tersebuat adalah:
a.
Sisi ke atas
Adalah Sisi
orang tuanya atau garis keturunannya keatas, dalam hal ini seolah semakin
menguatkan opini masyarakat bahwa “ buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”.
Maksudnya adalah bagaimana pribadi dan
sikap orang tuanya dulu semasa masih
muda kepada orang tuanya. Jika ia bersikap tunduk dan patuh, maka anaknya
insyaallah akan tunduk dan patuh pula kepadanya. Ibarat teori pembalasan, bahwa
semua yang dilakukan dan kerjakan manusia pasti akan mendapat balasannya. Jika
anak anak kita tidak menghormati kita maka kita harus bertanya kepada diri
sendiri: Apakah kita juga sudah menghormati dan mematuhi orang tua kita?
Pendekatan dalam membantuk pribadi anak yang birrul walidaini dengan prinsip “
Solehkan Diri “ dan “Solehkan Anak”. Perumpamaan tersebut menggambarkan bahwa anak sedikit banyak
merupakan cerminan dari pribadi orang tuanya, karena itulah bagi para orang tua
sebelum memiliki cita – cita untuk memiliki anak sholeh sebaiknya mensholehkan
diri dulu. Dalam hal ini, para orang tua harus melengkapi diri dengan ilmu
berbagai ilmu ( terutama ilmu agama), agar dapat digunakan dalam proses
pengasuhan anak.
b.
Sisi ke bawah
Adalah dari sisi
anak yang bersangkutan dalam arti sudahkah orang tua mengajari mereka cara
menghormati orang tua? Karena semua anak yang baru lahir kedunia ini suci dan
kedua orang tuanya yang mendidik dan mengarahkannya.
كل مولود يولد على
الفطرة فأبويهه ينصرانه او يمجسانه
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini adalah
suci, maka ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya nasrani atau majusi. Setiap
tingkah dan tindak tanduk orang tua didepan anak, akan terekam dengan kuat di
otak mereka dan tidak akan hilang begitu saja. Jika ada anak yang sering
berkata kasar dan kotor, bisa jadi karena dalam kehidupan kesehariannya sering
melihat, mendengar atau mendapat perkataan yang kasar dan kotor dari kedua
orang tuanya. Atau mungkin seringkali dia melihat adegan pertengkaran yang
dipertontonkan kedua orang tuanya di rumah. Jika hal ini sering terjadi, maka
akan dengan sangat mudah terekam dan di imitasi oleh sang anak. Seandainya
orang tua harus bertengkar, tolong diusahakan agar Jangan sampai terjadi di depan anak anak agar
tidak terekam oleh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar