Jumat, 25 Oktober 2013

MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG “BIRRUL WALIDAINI”



“ Membentuk pribadi anak yang “ Birrul Walidaini ‘ Merupakan proses jangka panjang dan membutuhkan kesabaran dan ketekunan bagi setiap orang tua”
Setiap orang pasti bangga bila mempunyai anak yang mempunyai kepribadian yang sholeh / sholehah juga mempunyai sifat yang birrul wlidaini ( berbuat baik / menghormati kedua orang tua). Anak yang berkepribadian birrul walidaini seolah – olah akan menjadi pelepas dahaga bagi orang tuanya, baik sewaktu orang tuanya masih hidup ataupun dikala sudah meninggal. Semasa kedua orang tuanya masih hidup, anak tersebut akan melakukan apa saja yang ia bisa untuk menyenangkan kedua orang tuanya, begitu pula setelah orang tuanya meninggal anak yang sholeh atau sholehah akan senantiasa mendo’akan kedua orang tuanya. Anak yang berkepribadian birrul walidaini inilah yang disebut oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:
اذا مات  ابن ادام إنقطع عمله الا من ثلاث, صداقة جاررة, اوعلم ينتفع   به او ولد صالح يدع له.
Jika Bani Adam sudah meninggal dunia, maka putuslah segala amal perbuatannya, kecuali tiga perkara: yaiitu shadakah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh atau sholehah yang senantiasa mendoakannya.
Ada dua sisi yang perlu diperhatikan dalam membentuk pribadi anak menjadi pribadi yang birrul walidaini. Kedua sisi tersebuat adalah:
a.      Sisi ke atas
Adalah Sisi orang tuanya atau garis keturunannya keatas, dalam hal ini seolah semakin menguatkan opini masyarakat bahwa “ buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Maksudnya adalah bagaimana  pribadi dan sikap  orang tuanya dulu semasa masih muda kepada orang tuanya. Jika ia bersikap tunduk dan patuh, maka anaknya insyaallah akan tunduk dan patuh pula kepadanya. Ibarat teori pembalasan, bahwa semua yang dilakukan dan kerjakan manusia pasti akan mendapat balasannya. Jika anak anak kita tidak menghormati kita maka kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita juga sudah menghormati dan mematuhi orang tua kita? Pendekatan dalam membantuk pribadi anak yang birrul walidaini dengan prinsip “ Solehkan Diri “ dan “Solehkan Anak”. Perumpamaan tersebut  menggambarkan bahwa anak sedikit banyak merupakan cerminan dari pribadi orang tuanya, karena itulah bagi para orang tua sebelum memiliki cita – cita untuk memiliki anak sholeh sebaiknya mensholehkan diri dulu. Dalam hal ini, para orang tua harus melengkapi diri dengan ilmu berbagai ilmu ( terutama ilmu agama), agar dapat digunakan dalam proses pengasuhan anak.
b.      Sisi ke bawah
Adalah dari sisi anak yang bersangkutan dalam arti sudahkah orang tua mengajari mereka cara menghormati orang tua? Karena semua anak yang baru lahir kedunia ini suci dan kedua orang tuanya yang mendidik dan mengarahkannya.
كل  مولود يولد على الفطرة فأبويهه  ينصرانه او يمجسانه
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini adalah suci, maka ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya nasrani atau majusi. Setiap tingkah dan tindak tanduk orang tua didepan anak, akan terekam dengan kuat di otak mereka dan tidak akan hilang begitu saja. Jika ada anak yang sering berkata kasar dan kotor, bisa jadi karena dalam kehidupan kesehariannya sering melihat, mendengar atau mendapat perkataan yang kasar dan kotor dari kedua orang tuanya. Atau mungkin seringkali dia melihat adegan pertengkaran yang dipertontonkan kedua orang tuanya di rumah. Jika hal ini sering terjadi, maka akan dengan sangat mudah terekam dan di imitasi oleh sang anak. Seandainya orang tua harus bertengkar, tolong diusahakan agar  Jangan sampai terjadi di depan anak anak agar tidak terekam oleh mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar