Keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah tidaklah datang dengan
sendirinya, namun membutuhkan niat, keinginan serta komitmen yang konsisten
dari seluruh anggota keluarga terutama
seorang bapak ( presiden Rumah Tangga), yang kemudian didukung sepenuhnya oleh
seluruh anggota rumah tangga. Setidaknya ada minimal empat pilar yang perlu
diperhatikan bila kita ingin membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa
rahmah. Ke empat pilar tersebut adalah:
1.
Membiasakan Bermusyawarah
Membiasakan bermusyawarah antar anggota keluarga adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk membentuk keluarga yang harmonis. Dengan bermusyawarah diharapkan bisa mencairkan permasalahan rumah tangga yang terjadi, sehingga suatu permasalahan yang terjadi nantinya tidak akan menyudutkan salah satu anggota keluarga sebagai biang keladinya (Su’u dhonni). Di sisi lain kurangnya intensitas musyawarah (berkumpul) antar anggota keluarga akhir akhir ini memang seolah menjadi faktor utama permasalah keluarga seperi kenakalan remaja misalnya. Makanya sering kita dengar ideom menggelikan dari masyarakat seperti “ anak kurang perhatian” dll.
Membiasakan bermusyawarah antar anggota keluarga adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk membentuk keluarga yang harmonis. Dengan bermusyawarah diharapkan bisa mencairkan permasalahan rumah tangga yang terjadi, sehingga suatu permasalahan yang terjadi nantinya tidak akan menyudutkan salah satu anggota keluarga sebagai biang keladinya (Su’u dhonni). Di sisi lain kurangnya intensitas musyawarah (berkumpul) antar anggota keluarga akhir akhir ini memang seolah menjadi faktor utama permasalah keluarga seperi kenakalan remaja misalnya. Makanya sering kita dengar ideom menggelikan dari masyarakat seperti “ anak kurang perhatian” dll.
2.
Membiasakan Ijin
Sebagai salah satu implikasi dari kurangnya komunikasi antar sesama anggota keluaanggota adalah, masing masinga anggota keluarga mulai bersikap individual dan cuek terhadap anggota keluarga yang lainnya. Untuk menghindari kejadian ini, disamping dengan membiasakan bermusyawarah, seluruh anggota keluarga juga seharusnya membiasakan ijin atau pamitan terhadap anggota keluarga lainnya apabila hendak bpergian. Dengan membiasakan ijin, setidaknya setiap anggota keluarga merasa dibutuhkan oleh anggota keluarga lainnya. Selain itu ada pendisposisian tugas yang jelas apabila orang yang hendak bepergian tersebut masih mempunyai tanggungan. Lebih jauh lagi dari dimensi spiritual, setidaknya anggota keluarga yang ditinggal memberikan do’a untuk keselamatan orang tersebut.
Sebagai salah satu implikasi dari kurangnya komunikasi antar sesama anggota keluaanggota adalah, masing masinga anggota keluarga mulai bersikap individual dan cuek terhadap anggota keluarga yang lainnya. Untuk menghindari kejadian ini, disamping dengan membiasakan bermusyawarah, seluruh anggota keluarga juga seharusnya membiasakan ijin atau pamitan terhadap anggota keluarga lainnya apabila hendak bpergian. Dengan membiasakan ijin, setidaknya setiap anggota keluarga merasa dibutuhkan oleh anggota keluarga lainnya. Selain itu ada pendisposisian tugas yang jelas apabila orang yang hendak bepergian tersebut masih mempunyai tanggungan. Lebih jauh lagi dari dimensi spiritual, setidaknya anggota keluarga yang ditinggal memberikan do’a untuk keselamatan orang tersebut.
3.
Membiasakan Saling Bermaaf – Maafan
Kiat berikutnya untuk membangun keluarga yang tenteram adalah dengan meminta dan memberi maaf kepada anggota keluarga yang lainnya apabila terjadi kesalahan. Setidaknya dengan meminta maaf paling tidak meminimalisir sifat egois dan sok benar yang ada pada orang tersebut,selain itu juga memberikan ketenangan bathin kepada anggota keluarga lain yang dimintai maaf. Dalam salah satu riwayat di kisahkan bahwa dalam sehari semalam Rasulullah SAW lima kali meminta maaf kepada para isterinya. Dengan meminta dan memberi maaf terhadap anggota keluarga yang lain, diharapkan dapat menutup segala permasalahan yang terjadi dengan membuka lembaran baru untuk lebih baik. Namun demikian dalam meminta atau memberi maaf terhadap anggota keluarga yang lain harus dengan betul betul ikhlas dan tidak dibuat-buat.
Kiat berikutnya untuk membangun keluarga yang tenteram adalah dengan meminta dan memberi maaf kepada anggota keluarga yang lainnya apabila terjadi kesalahan. Setidaknya dengan meminta maaf paling tidak meminimalisir sifat egois dan sok benar yang ada pada orang tersebut,selain itu juga memberikan ketenangan bathin kepada anggota keluarga lain yang dimintai maaf. Dalam salah satu riwayat di kisahkan bahwa dalam sehari semalam Rasulullah SAW lima kali meminta maaf kepada para isterinya. Dengan meminta dan memberi maaf terhadap anggota keluarga yang lain, diharapkan dapat menutup segala permasalahan yang terjadi dengan membuka lembaran baru untuk lebih baik. Namun demikian dalam meminta atau memberi maaf terhadap anggota keluarga yang lain harus dengan betul betul ikhlas dan tidak dibuat-buat.
4.
Membiasakan Shalat Berjama’ah.
Menjalin, Komunikasi yang baik antar sesame
anggota keluarga, bermaaf maafan, serta bermusyawarah akan mudah dilakukan dalam suatu keluarga apabila
menemukan forum yang baik untuk itu. Dan sebagai orang Islam momen terbaik
untuk itu adalah disaat selesai sholat berjamaah. Karena pada dasarnya ibadah
sholat berjamaah memilki dimensi ibadah secara vertical dan horizontal yaitu hablun
min allah dan hablun min annas. Dengan sholat berjamaah setidaknya secara vertical
kita bisa berhubungan dengan sang kholik dan secara horizontal kita bisa
bekerjasama dan saling melebur jika terjadi kesalahan atau kekhilafan dalam
keluarga. Akan terasa lebih berarti lagi jika sehabis sholat, maghrib misalnya
dilanjutkan dengan mengaji alqu’an bersama diskusi bersama dan makan malam
bersama.
Memang
semua permasalahan dalam rumah tangga sebetulnya bisa ditanggulangi, apabila
kita mau berusaha untuk itu. Tinggal kita yang menjalaninya mapu atau tidak,
paling tidak dari semua anggota keluarga yang ada haruslah mengetahui,
menyadari dan melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Demikian semoga
bermanfaat. Amiiiinnn….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar