Sebelum kita melaksanakan fase kehidupan yang disebut
“pernikan” terlebih dahulu kita harus memantapkan niat dulu, karena segala
perbuatan itu tergantung pada niatnya. Untuk itu jadikanlah pernikahan itu
sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan niat yang bagus maka
insyaallah kita akan melaluinya dengan cara yang bagus guna mencapai tujuan
yang bagus pula. Dengan demikan kita akan mengerti tentang esensi pernikahan
sebagi amanat allah utuk kita. Dawuhnya Rasulullah ٍSAW:
بلغواالأمانت إلي أهلها Sampaikanlah amanat itu kepada ahlinya (tujuannya).Pernikahan sebagi amanat berarti sebagai seorang suami misalnya harus memahami bahwa anak dan isteri / isteri bukanlah sebagai beban, tapi sebagai amanat dari allah SWT untuk kita yang harus kita sa mpaikan kepada ahlinya ( tujuannya ). Yang harus kita pahami betul adalah tujuan hidup s keluarga kitemua manusia normal adalah mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Untuk itu kita harus bisa mengantarkan anggota keluarga kita ketjuan tesebut.
بلغواالأمانت إلي أهلها Sampaikanlah amanat itu kepada ahlinya (tujuannya).Pernikahan sebagi amanat berarti sebagai seorang suami misalnya harus memahami bahwa anak dan isteri / isteri bukanlah sebagai beban, tapi sebagai amanat dari allah SWT untuk kita yang harus kita sa mpaikan kepada ahlinya ( tujuannya ). Yang harus kita pahami betul adalah tujuan hidup s keluarga kitemua manusia normal adalah mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Untuk itu kita harus bisa mengantarkan anggota keluarga kita ketjuan tesebut.
2.
Bahagia dalam kehidupan Akhirat
Untuk
mencapai ini memang membutuhkan ilmu, karena dengan ilmu yang mumpuni seseorang
akan bisa beribadah kepada Allah SWT secara terarah dan terfokus. Sebagai
kepala keluarga harus bisa newujudkannya dengan cara mendidik anggota keluarga anak misalnya sejak kecil dengan memberi ilmu
kepada mareka baik melaui bangku sekolah atau pondok pesantren. Karena ada
sabda Rasulullah : Jika bani adam sudah meninggal maka terputuslah semua
amalnya, kecuali ada tiga perkara:
" من ثلاث, صداقة جارية, أو علم ينتفع به أوولد صالح يدعله إذا مات إبن أدام إنقطع عمله إلا “ Jika bani adam sudah meninggal maka semua amalnya terputus,
kecuali tiga perkara, Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang
sholeh yang bisa mendo’akannya”. Dengan memberi ilmu yang mencukupi terhadap
anak diharapkan anak cucunya kelak bisa mendo’akannya ketika ia sudah
meninggal.
Dalam
hal ini peran kepala keluarga sangatlah urgen, terutama dalam mendidik anak
cucunya kelak, dengan membekali mereka IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi)
dan IMTAQ ( Iman dan Taqwa) Sejak dini. Seorang Kepala Rumah Tangga harus mampu
memposisikan dirinya sebagi “Family Figure” (Panutan) bagi seluruh anggota
keluarganya. Orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah
bagi anak – anaknya. Karena pendidikan orang tua terhadap anak yang paling
mudah dicerna anaknya adalah dengan meniru tingkah laku orang disekelilingnya,
terutama bagi anak – anak yang masih berusia balita.
Dan
jangan lupa berusaha dan berdo’a setiap saat harus tetap seimbang, agar senantiasa
semakin menguatkan Iman dan Taqwa kepada Allah dengan menjauhkan diri dari sifat apatis dan
pesimis. Demikian, mudah mudahan bisa membuat kita bisa menjadi contoh bagi
anggota keluarga kita. Amin ya robbal ‘alamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar